Tampilkan postingan dengan label wiwik suryanti. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label wiwik suryanti. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 Mei 2015

Coding perulangan dengan menggunakan array



berikut ini adalah contoh koding perulangan dengan mengguanakan array. Cara kerja dari program tersebut adalah menentukan perbandingan  nilai terlkecil dan terbesar. Dalam menginputkan nilai kita harus menginputkan dari nilai ke 0 sampai nilai ke 4 setelah kita mnginputkan nilai dari 0 sampai ke 4 maka akan keluar hasil mana nilai terbesar dan mana nilai terkecil

#include <conio.h>
#include <stdio.h>
#include <iostream.h>

void main()
{
int nilai[5];
   int max, min;
   for (int i=0; i<5; i++)
   {
    cout<<"Masukan nilai ke-"<<i<<" : ";
      cin>>nilai[i];
   }

   min = nilai[0];
   max = nilai[0];
   for (int i=1; i<5; i++)
   {
      if (min> nilai[i])
      {
    min = nilai[i];
      }

      if (max < nilai[i])
      {
    max = nilai[i];
      }
   }

   cout<<"\nNilai paling kecil adalah "<<min<<endl;
   cout<<"Nilai paling besar adalah "<<max<<endl;
   getch();
}

1.      Tahap pertama adalah menginginisialisikan variable yang hendak kita gunakan.
int Nilai[5];
2.       Setelah kita menginisialisasikan variable, selanjutnya adalah memasukan variable Nilai[] menggunakan    perulangan.
3.       Setelah variable Nilai[] terisi, selanjutnya adalah proses mencari nilai terbesar dan terkecil. Banyak yang menggunakan fungsi “if” untuk mencari nilai terbesar atau terkecil, tapi ada cara lain dengan menggunakan fungsi “max(Nilai)” dan “fungsi min (Nilai)”
4.       Setelah itu, untuk menghitung berapa banyak nilai terbesar dan nilai terkecil yang terdapat dalam variable Nilai[], kita menggunakan fungsi “if”.
5.       Terakhir adalah menampilkan nilai terbesar dan nilai terkecil tersebut.
   sekian dari penjelasan koding array semoga bermanfaat


JENIS TIPE DATA



1. Tipe data Integer / Ordinal
Tipe data ini adalah tipe data yang berupa bilangan bulat yang akan digunakan untuk operasi matematika. Ada beberapa tipe data yang termasuk integer, yaitu antara lain:
a. ShortInt : memiliki nilai range -128 sampai 127 (signed 8-bit)
b. SmallInt : memiliki nilai range antara - 32768 sampai dengan 32767 (signed 16-bit)
c. LongInt : memiliki nilai range -2147483648 sampai 2147483647 (signed 32-bit )
d. Int64 : memiliki range -263+1 sampai 263-1 (signed 64-bit)
e. Byte : memiliki nilai range 0 sampai 255 (unsigned 8-bit)
f. Word : memiliki nilai range 0 sampai 65535 (unsigned 16-bit)
g. LongWord : memiliki nilain range 0 sampai 4294967295(unsigned 32-bit )
Penulisan pada deklarasi variable:
[variable] : [type data integer];

2. Tipe data Boolean
Tipe data ini hanya terdiri dari nilai logika True dan False. Ada beberapa jenis dari tipe Boolean ini, yaitu:
a. Boolean : berukuran 1 byte (false 0, true 1)
b. ByteBool : berukuran Byte (false 0, true 255 - 8 bit)
c. Bool : berukuran Double (false 0, true -1)
d. WordBool : berukuran Word (false 0, true 65535 - 16 bit)
e. LongBool : berukuran Double (false 0, true -1)
Penulisan pada deklarasi variable:
[variable] : [type data boolean];

3. Tipe data Floating Point /Real
Tibe data ini meliputi bentuk bilangan desimal. Beberapa bentuk dari tipe data ini adalah:
a. Real : memiliki range 2.9 x 10-39 sampai 1.7 x 1038
b. Single : memiliki range 1.5 x 10-45 sampai 3.4 x 1038
c. Double : memiliki range 5.0 x 10-324 sampai 1.7 x 104392
d. Extended : memiliki range 3.6 x 10-4951 sampai 1.1 x 104392
e. Currency : memiliki range -922337203685477.5808 sampai 922337203685477.5808
f. Comp : memiliki range -263+1 sampai 263-1
Untuk currency, tipe data ini memiliki kepresisian tinggi yaitu 4 angka dibelakang koma (pembulatan bilangan real menjadi bilangan desimal dengan 4 angka dibelakang koma). Biasanya digunakan untuk satuan uang. Dan untuk comp, tipe data ini akan menyimpan nilai integer (bulat) dari nilai decimal yang masuk (melakukan pembulatan).
Penulisan pada deklarasi variable:
[variable] : [type data floating point];

4. Tipe Data Enumerated
Tipe data ini adalah berupa nilai urutan dari data yang telah dibuat.
Penulisan pada deklarasi variable:
[variable] : ( [data0],[data1],[data2] );
Masing-masing data akan diberikan nilai integer secara urut. Urutan dimulai dengan nilai urut 0.
Jika ingin melihat nilai integer dari setiap data maka dengan perintah:
ord( [data1] )

5. Tipe data Sub Range
Tipe data ini memungkinkan kita membuat range sendiri. Dengan perintah:
[variable] : [constant start]..[constant end];
contoh:
a : 5..10;
Jika kita mendeklarasikan 5 adalah a maka proses compile akan terus berjalan jika kita mendeklarasikan 15 adalah a maka proses compile tidak akan berjalan atau berhenti, sehingga terdapat error pada proses compile sehingga tidak dapat di run.

6. Tipe data String dan Character
Tipe data String adalah tipe data yang merupakan rangkaian dari huruf, angka atau symbol yang tidak mengandung harga (nilai).
Beberapa tipe data string adalah sebagai berikut:
a. ShortString : Dapat menampung 255 karakter (ANSIChar)
b. AnsiString : Dapat menampung ~231 karakter (ANSIChar)
c. WideString : Dapat menampung ~230 karakter (WideChar)
d. String : Dapat menampung 255 karakter (ANSIChar)
Tipe data Character adalah tipe data yang berkaitan dengan karakter ( huruf, angka, symbol). Ada beberapa tipe data dari Character yaitu:
a. ANSIChar : Satu karakter ANSI
b. WideChar : Satu karakter Unicode
c. Char : Sama dengan ANSIChar
Jika Anda ingin memunculkan karakter dari nomor urut, Anda dapat menggunakan perintah chr([NoUrut]). Dan untuk mengetaui no urut dari sebuah karakter, Anda dapat menuliskan perintah ord([karakter]).


SIFAT RELASI BINER

Beberapa Sifat Relasi
Relasi yang didefinisikan pada sebuah himpunan mempunyai beberapa sifat. Sifat-sifat tersebut antara lain :
1. Refleksif (reflexive)
Suatu relasi R pada himpunan A dinamakan bersifat refleksif jika (a, a) R untuk setiap a A. Dengan kata lain, suatu relasi R pada himpunan A dikatakan tidak refleksif jika ada a A sedemikian sehingga (a, a) R.
Contoh :
Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R adalah relasi ‘≤’ yang didefinisikan pada himpunan A, maka
R = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), (1, 4), (2, 2), (2, 3), (2, 4), (3, 3), (3, 4), (4, 4)}
Terlihat bahwa (1, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 4) merupakan unsur dari R. Dengan demikian R dinamakan bersifat refleksif.
Contoh :
Misalkan A = {2, 3, 4, 8, 9, 15}.
Jika kita definisikan relasi R pada himpunan A dengan aturan :
(a, b) R jika a faktor prima dari b
Perhatikan bahwa (4, 4) R .
Jadi, jelas bahwa R tidak bersifat refleksif.


Sifat refleksif memberi beberapa ciri khas dalam penyajian suatu relasi, yaitu :
• Relasi yang bersifat refleksif mempunyai matriks yang unsur diagonal utamanya semua bernilai 1, atau mii = 1, untuk i = 1, 2, …, n,
• Relasi yang bersifat refleksif jika disajikan dalam bentuk graf berarah maka pada graf tersebut senantiasa ditemukan loop setiap simpulnya.
2. Transitif (transitive)
Suatu relasi R pada himpunan A dinamakan bersifat transitif jika (a, b) R dan (b, c) R, maka (a, c) R, untuk a, b, c A.
Contoh :
Misalkan A = { 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, dan relasi R didefinisikan oleh :
a R b jika dan hanya jikan a membagi b, dimana a, b A,
Jawab :
Dengan memperhatikan definisi relasi R pada himpunan A, maka :
R = {(2, 2), (2, 4), (2, 6), (2, 8), (3, 3), (3, 6), (3, 9), (4, 4), (4, 8)}
Ketika (2, 4) R dan (4, 8) R terlihat bahwa (2, 8) R.
Dengan demikian R bersifat transitif.
Contoh :
R merupakan relasi pada himpunan bilangan asli N yang didefinisikan oleh :
R : a + b = 5, a, b A,
Jawab :
Dengan memperhatikan definisi relasi R pada himpunan A, maka :
R = {(1, 4), (4, 1), (2, 3), (3, 2) }
Perhatika bawa (1, 4) R dan (4, 1) R , tetapi (1, 1) R.
Dengan demikian R tidak bersifat transitif.

Sifat transitif memberikan beberapa ciri khas dalam penyajian suatu relasi, yaitu : sifat transitif pada graf berarah ditunjukkan oleh :
Jika ada busur dari a ke b dan busur dari b ke c, maka juga terdapat busur berarah dari a ke c.
Pada saat menyajikan suatu relasi transitif dalam bentuk matriks, relasi transitif tidak mempunyai ciri khusus pada matriks representasinya
3. Simetri (symmetric) dan Anti Simetri (antisymmetric)
Suatu relasi R pada himpunan A dinamakan bersifat simetri jika (a, b) R, untuk setiap a, b A, maka (b, a) R. Suatu relasi R pada himpunan A dikatakan tidak simetri jika (a, b) R sementara itu (b, a) R.
Suatu relasi R pada himpunan A dikatakan anti simetri jika untuk setiap a, b A, (a, b) R dan (b, a) R berlaku hanya jika a = b. Perhatikanlah bahwa istilah simetri dan anti simetri tidaklah berlawanan, karena suatu relasi dapat memiliki kedua sifat itu sekaligus. Namun, relasi tidak dapat memiliki kedua sifat tersebut sekaligus jika ia mengandung beberapa pasangan terurut berbentuk (a, b) yang mana a b.
Contoh :
Misalkan R merupakan relasi pada sebuah himpunan Riil, yang dinyatakan oleh:
a R b jika dan hanya jika a b Z.
Periksa apakah relasi R bersifat simetri !
Jawab :
Misalkan a R b maka (a b) Z, Sementara itu jelas bahwa (b a) Z.
Dengan demikian R bersifat simetri.
Contoh :
Tunjukan bahwa relasi ‘≤’ merupakan pada himpunan Z. bersifat anti simetri
Jawab :
Jelas bahwa jika a b dan b a berarti a = b.
Jadi relasi ‘≤’ bersifat anti simetri.
Contoh :
Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat asli N merupakan contoh relasi yang tidak simetri karena jika a habis membagi b, b tidak habis membagi a, kecuali jika a = b. Sementara itu, relasi “habis membagi” merupakan relasi yang anti simetri karena jika a habis membagi b dan b habis membagi a maka a = b.
Contoh :
Misalkan relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3) } maka relasi R merupakan relasi yang simetri sekaligus relasi yang anti simetri.
Sifat simetri dan anti simetri memberikan beberapa ciri khas dalam penyajian berbentuk matriks maupun graf, yaitu :
• Relasi yang bersifat simetri mempunyai matriks yang unsur-unsur di bawah diagonal utama merupakan pencerminan dari elemen-unsurdi atas diagonal utama, atau mij = mji = 1, untuk i = 1, 2, …, n dan j = 1, 2, …, n adalah :
Relasi yang bersifat simetri, jika disajikan dalam bentuk graf berarah mempunyai ciri bahwa jika ada busur dari a ke b, maka juga ada busur dari b ke a.
• Relasi yang bersifat anti simetri mempunyai matriks yang unsur mempunyai sifat yaitu jika mij = 1 dengan i j, maka mji = 0. Dengan kata lain, matriks dari relasi anti simetri adalah jika salah satu dari mij = 0 atau mji = 0 bila i j :
sedangkan graf berarah dari relasi yang bersifat anti simetri mempunyai ciri bahwa tidak akan pernah ada dua busur dalam arah berlawanan antara dua simpul berbeda.
Misalkan, R merupakan relasi dari himpunan A ke himpunan B. Invers dari relasi R, dilambangkan dengan R–1, adalah relasi dari himpunan B ke himpunan A yang didefinisikan oleh :
R–1 = {(b, a) | (a, b) R }
Contoh :
Misalkan P = {2, 3, 4} dan Q = {2, 4, 8, 9, 15}.
Jika didefinisikan relasi R dari P ke Q yaitu :
(p, q) R jika dan hanya jika p habis membagi q
maka kita peroleh :
R = {(2, 2), (2, 4), (4, 4), (2, 8), (4, 8), (3, 9), (3, 15)
R–1 merupakan invers dari relasi R, yaitu relasi dari Q ke P yang berbentuk :
(q, p) R–1 jika q adalah kelipatan dari p
sehingga diperoleh :
R–1 = {(2, 2), (4, 2), (4, 4), (8, 2), (8, 4), (9, 3), (15, 3) }
Jika M adalah matriks yang menyajikan suatu relasi R,
maka matriks yang merepresentasikan relasi R–1, misalkan N, diperoleh dengan melakukan transpose terhadap matriks M,